Oh ya satu lagi, kupersembahkan cerpen ini hanya untuk Kak Gita seorang. Happy Birthday kak, I have many wishes for you, but I'll state them in a sentence 'I always hope you be the best now, and forever.' :)
aku berharap cerpen ini bisa dibaca langsung sama kak Gita hehe :D aamiin.
aku berharap cerpen ini bisa dibaca langsung sama kak Gita hehe :D aamiin.
Udah ah, langsung ajaa yaa..
GITA GUTAWA PENYELAMAT DARI OKSIGEN YANG BERKHIANAT
“Doo Be Doo Be Doo Be Doo Bae..“ Suara alarm lagu Doo Be Doo
nya Gita Gutawa terdengar nyaring di telingaku. Tapi karna kemarin aku pulang
larut sekali, lagu ini belum bisa membangunkanku.
“Karboooon cepet bangun, udah siang !! lihat itu udah jam
berapa.. kamu mau membantu manusia kan?” Teriak ibuku dengan frekuensi
ultrasonik.
“Mau bu, tapi masih ngantuk.” Jawabku dalam keadaan setengah
sadar setengah tidak.
“Ngantuk ngantuk! Bangun cepeeet! Kasihan tuh Gita Gutawa
udah nyanyi satu album buat kamu, kamunya belum bangun-bangun!” Ibu memaksaku
bangun.
Aku pun akhirnya terbangun karna tak kuat mendengar suara
ibuku yang berfrekuensi tinggi. Sebenarnya, jika aku manusia, mungkin aku tidak
bisa mendengar suara ibuku sendiri, karna bisa-bisa saraf telingaku sudah putus
semua. Tapi ya untungnya aku bukan manusia, aku ini.. Karbon. Aku adalah salah
satu unsur yang ada di alam ini.
Aku pun merapikan tempat tidurku, kemudian bersiap-siap
untuk pergi membantu manusia.
“Nah gitu dong. Anak ibu yang satu ini harus rajin ya kerjanya, jangan malas-malasan lho..”
“Siaap. Ya udah, Karbon pergi dulu ya bu, jangan lupa doain
Karbon..” Ujarku sambil berpamitan.
“Iyaa pasti ibu doakan.”
Aku pun keluar dari kompleks perumahanku, gang 2 blok IV A no.
6,desa Sistem Periodik Unsur. Hari ini aku pergi sendiri, karena teman-temanku
kebagian tugas di tempat lain. Aku pun menyusuri gang-gang kompleks. Tiba-tiba
pandanganku terhenti di sebuah taman yang cukup luas. Di sana ada sebuah kursi
panjang di dekat air mancur. Aku melihat... Oksigen. Ya aku melihat Oksigen
pacarku sedang duduk di sana. Ku tajamkan lagi penglihatanku, dan benar
ternyata itu Oksigen. Tapi siapa yang ada di sampingnya?
Aku pun mencoba mendekat dengan hati-hati. Saat aku sudah hampir dekat dengan mereka, aku sembunyi di balik pohon entah apa namanya yang cukup besar. Aku belum bisa melihat siapa sosok yang ada di samping Oksigen, karna mereka membelakangiku.
Aku tetap dalam posisi tempatku semula. Saat kulihat, mereka duduk semakin rapat, dan juga bertambah
mesra! Kulihat mereka bercanda gurau, tertawa, mengobrol. Sosok di sebelah Oksigen itu sepertinya menyadari keberadaan ku, ia langsung menolehkan kepalanya ke belakang, mencoba mencari sesuatu yang dari tadi mengintip, yang tak lain adalah aku. Kulihat siapa sosok itu, dan ternyata dia..... Hidrogen! Tiba-tiba alarm lagu Salah Jatuh Cinta Gita Gutawa berbunyi menandakan aku harus segera pergi bekerja. Aku pun meninggalkan taman, dan bergegas pergi ke kantor.
Sepanjang perjalanan menuju kantor, perasaanku kalut.
Ternyata benar apa yang dulu pernah dikatakan sahabatku Nitrogen, bahwa Oksigen
itu tidak akan pernah setia! Dia selalu saja terlibat cinta lokasi saat
bekerja. Tapi aku masih belum sepenuhnya percaya, Oksigen sangat perhatian
padaku. Dia baik, dan kami pun sudah pacaran lebih dari 4 tahun. Mana mungkin
ia berkhianat. Aku mencoba berpikir positif, tapi tetap saja pikiran-pikiran
negatif yang muncul.
Saat sampai di kantor tempatku bekerja, aku dikagetkan oleh
sesuatu yang menepuk bahuku.
“Ehem, tadi gimana seru kan liatin kita pacaran?” Tanya Hidrogen dengan nada angkuh nan mengejek.
“Ehem, tadi gimana seru kan liatin kita pacaran?” Tanya Hidrogen dengan nada angkuh nan mengejek.
“Maksudnya?” Aku pura-pura tidak tahu. Tapi aku tak pandai
berbohong, karna sebelum aku berkata itu, wajahku sudah merah duluan.
“Udah deh ga usah belaga gatau. Tadi kamu mergokin aku
pacaran sama Oksigen kan di taman? Ngaku deh!” Uhh ketahuan kan, ujarku dalam
hati.
Aku diam. Membisu. Mati kutu. Mati kata. Tak bisa bicara
apa-apa.
“Hahahaha tuh kan, ngaku aja deh kamu!! Tapi jangan jealous ya, karna
unsur kayak kamu tuh ga akan bisa dapetin itu semua.” Hidrogen tertawa dengan
nada mengejek. Super mengejek, membuatku harus extra sabar menahan amarah.
“Aku ga percaya Oksigen bisa kayak gitu! Dia baik banget
sama aku kok, dia ga mungkin berkhianat! Mungkin kamu aja yang kecentilan.”
“Halooo.. sadar diri deh, pake ngatain aku kecentilan segala
lagi. Asal kamu tau ya, Oksigen itu selama ini cuma manfaatin kamu aja tau!
Lagian mana mungkin dia beneran mau sama kamu. Kamu itu kan anak pungut, nama
penemu kamu aja sampai sekarang ga diketahui. Hari ini juga kamu sama aku bakal
kerja bareng membentuk senyawa hidrokarbon yaitu metana yang rumus kimianya CH4. Kamu tau sendiri kan itu
artinya apa? Ya! Atom Karbon itu Cuma dibutuhin satu, sedangkan Hidrogen itu
empat! Keliatan kan, mana yang paling dibutuhin?” Hidrogen menyudutkanku,
sampai-sampai aku merasa kaku, tak bisa bergerak,tak bisa bernapas. Nada
bicaranya masih sama seperti awal dia memulai pembicaraan.
“Tapi...” Belum sempat aku berkata, Hidrogen sudah
melanjutkan.
“Oh yaa.. dan satu lagi, kamu itu ga pantas buat pacaran
sama Oksigen. Lihat deh apa yang terjadi kalau kamu bersatu sama Oksigen.
Kalian bikin senyawa CO2 lah,
CO lah, dan semua itu berbahaya buat manusia! Sedangkan kalau aku bersatu sama
Oksigen, kita bisa bikin senyawa H2O yang jelas-jelas sangat DIBUTUHKAN manusia!” Hidrogen kembali
menyudutkanku, dan menekankan bicaranya pada kata ‘dibutuhkan’.
Aku merenung. Aku hampir menangis mendengar itu semua. Karna
semua yang dikatakan Hidrogen memang BENAR! Ya! Itu semua benar. Nama penemuku
memang tidak diketahui sejak dahulu. Aku tak dibutuhkan! Aku pembawa bencana!
Aku tak kuat dengan semua kejadian ini yang datang langsung secara tiba-tiba.
Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah, meminta izin pada bosku untuk tidak
bekerja hari ini.
Di perjalanan pulang, nada dering Parasit dari hpku berbunyi.
Sejenak aku teringat akan Oksigen yang telah memanfaatkanku, sangat sesuai
dengan isi lirik lagu Parasit Gita Gutawa. Tapi aku mengabaikan memoriku itu
dan langsung mengangkat telpon, yang ternyata dari sahabatku Nitrogen.
“Halo Karbon, kamu di mana? Perasaanku kok ga enak ya, aku
takut kamu kenapa-kenapa. Kamu ga apa-apa kan?” Tanya Karbon khawatir akan
diriku.
“Engga apa-apa kok, hanya sajaaaaaa...” Tangisku pecah seketika.
“Hanya saja apaa? Kamu di mana Karbon?”
“A aku, di ja lan pu lang..” Jawabku sambil masih terisak.
“Ya udah aku ke sana. Sampai ketemu di rumah kamu ya. Dah”
Piip. Telpon pun terputus.
Aku pun sampai di rumah. Aku duduk di sofa, sambil menonton
TV. Ternyata ada Gita Gutawa yang sedang memperkenalkan anak-anak Di Atas
Rata-Rata.Seketika aku lupa akan kesedihanku. Aku bisa tersenyum dan
menyaksikan acara sampai selesai.
Acara pun selesai. Gita Gutawa dan anak DARR menghilang dari layar TV. Tiba-tiba sedihku muncul lagi.
Tak lama kemudian, Nitrogen datang. Nitrogen menanyakan apa
yang terjadi padaku. Aku pun menceritakan segala hal yang terjadi mulai dari
kejadian di taman, hingga aku yang izin karna tak kuat bekerja dengan Hidrogen.
Nitrogen ikut prihatin, ia pun menghiburku.
“Karbon, ayolah jangan bersedih. Coba deh dengerin dulu lagu
ini.” Nitrogen memutarkan lagu Melangkah Lagi nya Gita Gutawa dari playlistnya.
“Pagi ini.. Kau awali harimu. Dengan kesedihan, yang begitu
dalam. Biarku usap air matamu, ku kan ada di sini selalu bersamamu. Angkatlah wajahmu,
tebarkan senyummu......” Aku tersenyum mendengar suara merdu idola ku.
Aku dan Nitrogen pun bernyanyi bersama. “Dan biarlah semua yang tlah berlalu. Jangan kau sesali, sambutlah hari baru. Tegakkan wajahmu, tumbuhkan asamu. Teruslah melangkah, jangan menyerah..” Kami bernyanyi hingga lagu berhenti.
“Renungin deh lirik lagu itu, isinya dalem banget. Lagu ini
bisa bangkitin semangat kita, saat kita lagi jatuh dan sedih. Lagipula, apa
yang dikatakan Hidrogen itu ga semuanya bener. Justru kamu itu sangat
dibutuhkan oleh manusia dan alam ini.” Nitrogen memberi penjelasan padaku,
kemudian tersenyum. Senyumannya mampu menyejukkan hatiku.
Ya! Benar apa yang dikatakan Nitrogen. Dan Benar apa yang
ada di dalam lagu Melangkah Lagi Gita Gutawa. Aku tidak boleh menyerah, aku
tidak boleh sedih. Biarlah kejadian ini aku jadikan batu loncatan, bukan batu
sandungan. Aku dibutuhkan kok. Aku akan buktikan kalau aku itu dibutuhkan. Lagipula mungkin nanti aku akan mendapatkan
pacar, yang lebih dan jauh lebih baik daripada Oksigen. Aku akan buktikan itu.
Terimakasih sahabatku Nitrogen. Terimakasih Idolaku Gita
Gutawa. Kalian sangaaat berarti bagiku. Kalian penyelamatku. Aku harap aku dapat selalu bersama
kalian sampai kapanpun. Dan aku berharap aku bisa bertemu dan bisa membantu
Gita Gutawa secara langsung.
Haloo duniaaa, aku Karbon sang Unsur yang sangat dibutuhkan!
-The End-