Bismillah.. kali ini aku mau cerita sedikit tentang aku dan ibuku, semoga menarik dan semoga ada pesan yang bisa tersampaikan ya :) Cerita ini kupersembahkan untuk ibuku ;)
Kisahku bermulai sejak aku SD kelas 1, sekitar tahun 2005
Ketika fajar mulai bangkit, sebuah Surga di Rumahku sudah hilang dari kasurnya. Surga itu (ibu) bergegas menuju dapur, menyiapkan makanan untuk pasangan hidup dan kedua buah hatinya. Makanan yang sederhana, tapi sangat menggugah selera pun dalam waktu sekejap langsung tersedia di meja makan. Setelah selesai di dapur, pekerjaannya tak selesai sampai di situ, ia siapkan segala keperluanku, mulai dari baju, tas, dll. Ia pun senantiasa mengantarku ke sekolah setiap pagi, dan menjemputku setiap siang, karena jarak rumahku ke sekolah yang bisa dibilang lumayan jauh bagi seorang anak SD.
Waktu itu, keluargaku hanya memiliki satu buah motor, itupun bukan motor baru tapi motor yang dibeli dari orang lain. Motor itu selalu digunakan oleh ayahku atau terkadang oleh kakakku yang usianya berjarak 6 tahun dariku. Selain itu, Surga di Rumahku pun belum bisa mengendarai sepeda bermesin itu. Alhasil, Ia hanya bisa mengantarku dengan sepeda berwarna pink berkeranjang dengan boncengan di belakangnya, ataupun mengantarku dengan berjalan kaki.
Tapi karena tak mau melihat ku kelelahan, Ia rela untuk memilih mengayuh sepedanya kuat-kuat agar aku bisa sampai di sekolah tepat pada waktunya.
Tapi karena tak mau melihat ku kelelahan, Ia rela untuk memilih mengayuh sepedanya kuat-kuat agar aku bisa sampai di sekolah tepat pada waktunya.
Tapi dasar aku anak yang tidak tahu diuntung! aku malah tidak mau jika diantar ibuku, apalagi naik sepeda. Aku malas dibonceng naik sepeda karena kuanggap itu sangatlah memalukan dan sama sekali tidak keren! setiap ibuku mengantarku naik sepeda aku selalu meminta turun di sebelum gerbang sekolahku agar tak ada satupun temanku yang melihat.
Ibuku terkadang memaksaku untuk mengantar sampai di depan gerbang sekolah agar aku tak kesiangan, tapi aku selalu saja menolaknya. Aku tak berani mengutarakan alasan yang sebenarnya, tapi aku malah menyuruh ibuku agar ia segera pulang, dan biarlah aku berjalan sendirian. Tak usah ditemani, ujarku.
Tak terbersit sedikitpun dibenakku, bagaimana perasaan ibuku saat itu.
Aku tak tahu, entah apa yang ada dipikiranku, entah itu hawa nafsu seorang anak SD yang selalu ingin tampil sempurna dihadapan teman-temannya, ataukah karna memang aku ini anak yang tidak punya rasa bersyukur!
Ibuku terkadang memaksaku untuk mengantar sampai di depan gerbang sekolah agar aku tak kesiangan, tapi aku selalu saja menolaknya. Aku tak berani mengutarakan alasan yang sebenarnya, tapi aku malah menyuruh ibuku agar ia segera pulang, dan biarlah aku berjalan sendirian. Tak usah ditemani, ujarku.
Tak terbersit sedikitpun dibenakku, bagaimana perasaan ibuku saat itu.
Aku tak tahu, entah apa yang ada dipikiranku, entah itu hawa nafsu seorang anak SD yang selalu ingin tampil sempurna dihadapan teman-temannya, ataukah karna memang aku ini anak yang tidak punya rasa bersyukur!
Hari-hari pun terus berlalu, kelas 3-4 ibuku memutuskan untuk memasukkanku ke jemputan sekolah yang supirnya adalah temannya, tapi hal itu Ia lakukan bukan karena Ia malas mengantarku ataupun karena lelah, tapi karena menganggap diriku sudah bisa menjaga diri sendiri sehingga tak usah lagi diantar olehnya..
Kelas 5, aku menganggap diriku sudah cukup besar sehingga aku memutuskan untuk pergi sekolah sendiri dengan menggunakan sepeda (sepeda baru bukan sepeda lama yang dulu digunakan ibuku).
Hari hari pun berlalu lagi.. dan pada pertengahan kelas 5, tiba-tiba datang kabar yang tidak mengenakan hatiku dan juga keluarga kecilku. Ibuku menderita penyakit mium dan harus dioperasi. Ia mungkin tak rela jika dirinya harus dioperasi karna takut jika Ia tak bisa bertemu dengan buah hatinya lagi. Tapi apa boleh buat, dokter sudah sangat menyarankan agar ibuku secepatnya mengambil tindakan operasi. Keputusan itupun akhirnya dipilihnya walaupun pasti sangatlah berat untuknya.
Hari operasi pun tiba, di lift terus saja ku genggam lengan ibuku. Kulihat ia menitikkan air mata, tapi tetap berusaha untuk tak menunjukkannya padaku. Tak lama, waktu yang paling tak kami harapkan pun datang juga, waktu kami untuk berpisah sementara. Ibuku masuk ke ruangan operasi, sementara aku, nenek, dan juga bibiku menunggu di lobby rumah sakit.
Entah perasaan apa yang kurasakan saat itu, perasaan sedih, gelisah, khawatir semua bergelut menjadi satu.. Aku sangat takut kalau-kalau operasi ibuku tidak berhasil, dan aku akan kehilangan Surgaku untuk selamanya.. Kutunggu berjam-jam di lobby rumah sakit sambil terus memanjatkan doa bersama nenekku. Aku sudah tak bisa diam. Kaki, tangan dan badanku sudah tak bisa rileks dan memaksaku mengajaknya untuk bangun dari tempat dudukku semula.. kuberjalan ke sana kemari, dan berharap waktu berputar lebih cepat daripada biasanya, tapi belum ada satu pun dokter ataupun suster yang keluar memberi kabar gembira. Kuhampiri nenekku dan duduk di sebelahnya.
Ibu-ibu di sampingku melihat aku yang tampak gusar, Ia kemudian bertanya. "Kenapa dek? ibunya operasi apa?"
"operasi perut bu", jawabku sambil tetap sedih.
"Tenang ya dek, in sya' Allah operasi perut biasanya berhasil kok. Ini ada kue, ambil jangan malu-malu."
Kuambil sepotong kue dari ibu itu dan memakannya, "terimakasih bu".
Mendengar perkataan ibu disampingku itu, sedikit demi sedikit kegelisahanku mulai berkurang dan lama kelamaan hatiku menjadi tenang. Harapanku tumbuh kembali. Ibuku pasti selamat!
Tak lama kemudian, seorang suster keluar dan memanggil keluarga ibuku. Dibukalah penutup kain sebuah baskom dan ia memperlihatkan isinya. Ternyata, itu adalah penyakit ibuku yang berhasil dikeluarkan. Penyakit itu berupa daging menggumpal berwarna merah muda yang berbentuk seperti bawang bombay. Juga ternyata selain mium, ibuku menderita penyakit kista, dan katanya kista itulah yang membuat rasa sakit yang luar biasa apabila ibuku sedang menstruasi. Karena penyakit itu sudah menjalar ke rahim, akhirnya dokterpun mengangkat penyakit itu bersamaan dengan rahim ibuku-setelah sebelumnya mendapat persetujuan bersama- karena menganggap itulah yang terbaik dan lebih tidak beresiko untuk kedepannya.
Inilah yang menyebabkan Surga di Rumahku tak bisa hamil lagi, dan cukuplah aku menjadi anak terakhirnya :')
Setelah operasi berhasil dilaksanakan ibuku masuk ke ruang perawatan biasa. Saat itu, diriku sangatlah tak berdaya, tak ada satupun hal yang bisa kulakukan selain memperhatikan nenek dan bibiku yang sedang merawat ibuku. Kupandangi wajah ibuku, wajah yang mengernyit kesakitan. Aku sadar akan perjuangannya yang luar biasa. Menahan sakit, sakit yang tiada terkira rasanya. Jerih payah, tetes keringat yang setiap hari selalu membanjiri hari-harinya. Tapi tak pernah kubalas dengan apapun.
Tapi dasar aku anak yang tak tahu rasa terimakasih! sikapku masih saja seperti dulu, dan tak ada keinginan untuk merubahnya.
Waktu pun terus berlalu, aku pun menginjak bangku SMP. Saat tiba waktunya untuk bagi rapot, terkadang aku masih malu apabila bersama ibuku, aku lebih suka untuk pergi bersama teman-teman dekatku dan hanya menghampiri ibuku sesekali saja jika ada keperluan mendesak. Hal itu kulakukan karena aku malu! Ku lihat orang tua temanku ada yang naik mobil pribadi ke sekolahnya, sementara aku dan ibuku? ya, kami naik angkutan umum.
Setelah itu, seketika terhenyak hati ini ketika mengetahui beberapa dari temanku sudah tak memiliki lagi Surga di rumahnya. Mereka bilang, mereka merasa iri! Iri melihatku,, melihat temanku, melihat anak-anak lain yang bisa bergandengan tangan, yang bisa berjalan bersisian dengan ibu ataupun bapaknya ke sekolah.
Setelah itu, seketika terhenyak hati ini ketika mengetahui beberapa dari temanku sudah tak memiliki lagi Surga di rumahnya. Mereka bilang, mereka merasa iri! Iri melihatku,, melihat temanku, melihat anak-anak lain yang bisa bergandengan tangan, yang bisa berjalan bersisian dengan ibu ataupun bapaknya ke sekolah.
Saat itu, akupun tersadar dan terbebas dari kabut hitam di hati ini. Astagfirullah, apa yang telah aku perbuat selama ini. Apa yang ada di pikiranku? Apa kah yang kupandang selama ini hanyalah ketenaran? menganggap keren hanya dari kendaraanya? merasa bangga akan orang tua yang tampil modis dan berpendidikan tinggi? Aku pun merenung bahwa begitu besar kasih ibu kepadaku, begitu malangnya teman-temanku yang sudah tak memiliki Surga di rumahnya lagi, untuk selamanya.
Mulai dari saat itu, aku pun sekarang merasa bangga dan bersyukur apabila bisa pergi, bisa berjalan bersama ibuku. Dan bahkan malah aku sangat merindukan saat-saat SD dulu ibuku mengantarku, mengantarku dengan sepeda berwarna pink berkeranjang dengan boncengan dibelakangnya. Jika bisa, aku ingin sekali kembali ke masa itu. Tapi sayangnya, waktu tak bisa terulang kembalii.. Yang bisa kulakukan hanya berusaha memperbaiki diriku, dan memperbaiki perlakuanku pada orang tuaku agar hal yang dulu tak terulang kembali.
Mungkin sebagian dari teman-teman menganggap ini hal kecil ya? Tapi menurutku, ini bukanlah hal kecil, karena ini adalah salah satu cerminan diri, sejauh mana kita menyayangi, mengasihi, dan juga berbakti pada orang tua kita :)
Ini fotoku dan ibuku (Alhamdulillah ibuku sekarang telah sehat kembali, dan bahkan lebih bugar dari sebelumnya )
Okee post ini aku tutup dengan lagu Ibu dari Opick yaa :)
Okee post ini aku tutup dengan lagu Ibu dari Opick yaa :)
Ibu engkaulah cinta yang murni
Yang terlahir dari hati yang suci
Tanpa pernah lelah dengan setulus hati
Kau rawat aku dengan cintamu
Ibu kau perkenalkan hidup
Dengan cinta dan doa, dengan senyum terindah
Kau beri aku satu keyakinan
Untuk berarti tak hanya pada dirimu
Ku dipeluk dibelai dimanjakan
Kau tangisi saat aku terluka
Tanpa pernah berharap aku membalasmu
Hanya satu pintamu dalam hidup jangan pernah menyerah
Semoga teman-teman lebih bisa mencintai ibu kalian yaa.. selagi ibu dan juga ayah kalian masih ada dan masih selalu menyayangi kalian :')
Terimakasih semuanya.. Assalamu'alaikum
Sumber lirik http://www.liriklagu.info/o/opick/opick-ibu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar