Assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum

Jumat, 02 Agustus 2013

Cerpen Gita Gutawa Penyelamat dari Oksigen yang Berkhianat

Haloo semua. Udah lama banget nih ga nge post.  Kali ini aku akan memposting cerpen ku untuk mengikuti kuis #KadoUntukGita dari pihak www.gitalovers.com . Cerpen ini judulnya 'Gita Gutawa Penyelamat dari Oksigen yang Berkhianat'. Loh loh kok ada Oksigen nya segala? Hehe iyaa, sekarang aku sekolah di jurusan analis kimia. Jadi kimia itu akan jadi sahabat aku juga. Makanya aku ingin cerpenku ini ada unsur kimianya juga. Tapi mohon maaf sebelumnya, karena aku baru kelas X, jadi pengetahuanku tentang kimia masih minim bangeet..

Oh ya satu lagi, kupersembahkan cerpen ini hanya untuk Kak Gita seorang. Happy Birthday kak, I have many wishes for you, but I'll state them in a sentence 'I always hope you be the best now, and forever.' :)
 aku berharap cerpen ini bisa dibaca langsung sama kak Gita hehe :D aamiin. 
Udah ah, langsung ajaa yaa..

GITA GUTAWA PENYELAMAT DARI OKSIGEN YANG BERKHIANAT

“Doo Be Doo Be Doo Be Doo Bae..“ Suara alarm lagu Doo Be Doo nya Gita Gutawa terdengar nyaring di telingaku. Tapi karna kemarin aku pulang larut sekali, lagu ini belum bisa membangunkanku.

“Karboooon cepet bangun, udah siang !! lihat itu udah jam berapa.. kamu mau membantu manusia kan?” Teriak ibuku dengan frekuensi ultrasonik.

“Mau bu, tapi masih ngantuk.” Jawabku dalam keadaan setengah sadar setengah tidak.

“Ngantuk ngantuk! Bangun cepeeet! Kasihan tuh Gita Gutawa udah nyanyi satu album buat kamu, kamunya belum bangun-bangun!” Ibu memaksaku bangun.

Aku pun akhirnya terbangun karna tak kuat mendengar suara ibuku yang berfrekuensi tinggi. Sebenarnya, jika aku manusia, mungkin aku tidak bisa mendengar suara ibuku sendiri, karna bisa-bisa saraf telingaku sudah putus semua. Tapi ya untungnya aku bukan manusia, aku ini.. Karbon. Aku adalah salah satu unsur yang ada di alam ini.

Aku pun merapikan tempat tidurku, kemudian bersiap-siap untuk pergi membantu manusia.

“Nah gitu dong. Anak ibu yang satu ini harus rajin ya kerjanya, jangan malas-malasan lho..”

“Siaap. Ya udah, Karbon pergi dulu ya bu, jangan lupa doain Karbon..”  Ujarku sambil berpamitan.

“Iyaa pasti ibu doakan.”

Aku pun keluar dari kompleks perumahanku, gang 2 blok IV A no. 6,desa Sistem Periodik Unsur. Hari ini aku pergi sendiri, karena teman-temanku kebagian tugas di tempat lain. Aku pun menyusuri gang-gang kompleks. Tiba-tiba pandanganku terhenti di sebuah taman yang cukup luas. Di sana ada sebuah kursi panjang di dekat air mancur. Aku melihat... Oksigen. Ya aku melihat Oksigen pacarku sedang duduk di sana. Ku tajamkan lagi penglihatanku, dan benar ternyata itu Oksigen. Tapi siapa yang ada di sampingnya?

Aku pun mencoba mendekat dengan hati-hati. Saat aku sudah hampir dekat dengan mereka, aku sembunyi di balik pohon entah apa namanya yang cukup besar. Aku belum bisa melihat siapa sosok yang ada di samping Oksigen, karna mereka membelakangiku.

Aku tetap dalam posisi tempatku semula. Saat kulihat, mereka duduk semakin rapat, dan juga bertambah
mesra! Kulihat mereka bercanda gurau, tertawa, mengobrol. Sosok di sebelah Oksigen itu sepertinya menyadari keberadaan ku, ia langsung menolehkan kepalanya ke belakang, mencoba mencari sesuatu yang dari tadi mengintip, yang tak lain adalah aku. Kulihat siapa sosok itu, dan ternyata dia..... Hidrogen! Tiba-tiba alarm lagu Salah Jatuh Cinta Gita Gutawa berbunyi menandakan aku harus segera pergi bekerja.  Aku pun meninggalkan taman, dan bergegas pergi ke kantor.

Sepanjang perjalanan menuju kantor, perasaanku kalut. Ternyata benar apa yang dulu pernah dikatakan sahabatku Nitrogen, bahwa Oksigen itu tidak akan pernah setia! Dia selalu saja terlibat cinta lokasi saat bekerja. Tapi aku masih belum sepenuhnya percaya, Oksigen sangat perhatian padaku. Dia baik, dan kami pun sudah pacaran lebih dari 4 tahun. Mana mungkin ia berkhianat. Aku mencoba berpikir positif, tapi tetap saja pikiran-pikiran negatif yang muncul.

Saat sampai di kantor tempatku bekerja, aku dikagetkan oleh sesuatu yang menepuk bahuku.
“Ehem, tadi gimana seru kan liatin kita pacaran?” Tanya Hidrogen dengan nada angkuh nan mengejek.

“Maksudnya?” Aku pura-pura tidak tahu. Tapi aku tak pandai berbohong, karna sebelum aku berkata itu, wajahku sudah merah duluan.

“Udah deh ga usah belaga gatau. Tadi kamu mergokin aku pacaran sama Oksigen kan di taman? Ngaku deh!” Uhh ketahuan kan, ujarku dalam hati.

Aku diam. Membisu. Mati kutu. Mati kata. Tak bisa bicara apa-apa.

“Hahahaha tuh kan, ngaku  aja deh kamu!! Tapi jangan jealous ya, karna unsur kayak kamu tuh ga akan bisa dapetin itu semua.” Hidrogen tertawa dengan nada mengejek. Super mengejek, membuatku harus extra sabar menahan amarah.

“Aku ga percaya Oksigen bisa kayak gitu! Dia baik banget sama aku kok, dia ga mungkin berkhianat! Mungkin kamu  aja yang kecentilan.”

“Halooo.. sadar diri deh, pake ngatain aku kecentilan segala lagi. Asal kamu tau ya, Oksigen itu selama ini cuma manfaatin kamu aja tau! Lagian mana mungkin dia beneran mau sama kamu. Kamu itu kan anak pungut, nama penemu kamu aja sampai sekarang ga diketahui. Hari ini juga kamu sama aku bakal kerja bareng membentuk senyawa hidrokarbon yaitu metana yang rumus kimianya CH4. Kamu tau sendiri kan itu artinya apa? Ya! Atom Karbon itu Cuma dibutuhin satu, sedangkan Hidrogen itu empat! Keliatan kan, mana yang paling dibutuhin?” Hidrogen menyudutkanku, sampai-sampai aku merasa kaku, tak bisa bergerak,tak bisa bernapas. Nada bicaranya masih sama seperti awal dia memulai pembicaraan.

“Tapi...” Belum sempat aku berkata, Hidrogen sudah melanjutkan.

“Oh yaa.. dan satu lagi, kamu itu ga pantas buat pacaran sama Oksigen. Lihat deh apa yang terjadi kalau kamu bersatu sama Oksigen. Kalian bikin senyawa CO2 lah, CO lah, dan semua itu berbahaya buat manusia! Sedangkan kalau aku bersatu sama Oksigen, kita bisa bikin senyawa H2O yang jelas-jelas sangat DIBUTUHKAN manusia!” Hidrogen kembali menyudutkanku, dan menekankan bicaranya pada kata ‘dibutuhkan’.

Aku merenung. Aku hampir menangis mendengar itu semua. Karna semua yang dikatakan Hidrogen memang BENAR! Ya! Itu semua benar. Nama penemuku memang tidak diketahui sejak dahulu. Aku tak dibutuhkan! Aku pembawa bencana! Aku tak kuat dengan semua kejadian ini yang datang langsung secara tiba-tiba. Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah, meminta izin pada bosku untuk tidak bekerja hari ini.

Di perjalanan pulang, nada dering Parasit dari hpku berbunyi. Sejenak aku teringat akan Oksigen yang telah memanfaatkanku, sangat sesuai dengan isi lirik lagu Parasit Gita Gutawa. Tapi aku mengabaikan memoriku itu dan langsung mengangkat telpon, yang ternyata dari sahabatku Nitrogen.

“Halo Karbon, kamu di mana? Perasaanku kok ga enak ya, aku takut kamu kenapa-kenapa. Kamu ga apa-apa kan?” Tanya Karbon khawatir akan diriku.
“Engga apa-apa kok, hanya sajaaaaaa...” Tangisku pecah seketika.

“Hanya saja apaa? Kamu di mana Karbon?”

“A aku, di ja lan pu lang..” Jawabku sambil masih terisak.

“Ya udah aku ke sana. Sampai ketemu di rumah kamu ya. Dah”
Piip. Telpon pun terputus.

Aku pun sampai di rumah. Aku duduk di sofa, sambil menonton TV. Ternyata ada Gita Gutawa yang sedang memperkenalkan anak-anak Di Atas Rata-Rata.Seketika aku lupa akan kesedihanku. Aku bisa tersenyum dan menyaksikan acara sampai selesai.

Acara pun selesai. Gita Gutawa dan anak DARR menghilang dari layar TV. Tiba-tiba sedihku muncul lagi.
Tak lama kemudian, Nitrogen datang. Nitrogen menanyakan apa yang terjadi padaku. Aku pun menceritakan segala hal yang terjadi mulai dari kejadian di taman, hingga aku yang izin karna tak kuat bekerja dengan Hidrogen.

Nitrogen ikut prihatin, ia pun menghiburku.
“Karbon, ayolah jangan bersedih. Coba deh dengerin dulu lagu ini.” Nitrogen memutarkan lagu Melangkah Lagi nya Gita Gutawa dari playlistnya.

“Pagi ini.. Kau awali harimu. Dengan kesedihan, yang begitu dalam. Biarku usap air matamu, ku kan ada di sini selalu bersamamu. Angkatlah wajahmu, tebarkan senyummu......” Aku tersenyum mendengar suara merdu idola ku.

Aku dan Nitrogen pun bernyanyi bersama. “Dan biarlah semua yang tlah berlalu. Jangan kau sesali, sambutlah hari baru. Tegakkan wajahmu, tumbuhkan asamu. Teruslah melangkah, jangan menyerah..” Kami bernyanyi hingga lagu berhenti.

“Renungin deh lirik lagu itu, isinya dalem banget. Lagu ini bisa bangkitin semangat kita, saat kita lagi jatuh dan sedih. Lagipula, apa yang dikatakan Hidrogen itu ga semuanya bener. Justru kamu itu sangat dibutuhkan oleh manusia dan alam ini.” Nitrogen memberi penjelasan padaku, kemudian tersenyum. Senyumannya mampu menyejukkan hatiku.

Ya! Benar apa yang dikatakan Nitrogen. Dan Benar apa yang ada di dalam lagu Melangkah Lagi Gita Gutawa. Aku tidak boleh menyerah, aku tidak boleh sedih. Biarlah kejadian ini aku jadikan batu loncatan, bukan batu sandungan. Aku dibutuhkan kok. Aku akan buktikan kalau aku itu dibutuhkan.  Lagipula mungkin nanti aku akan mendapatkan pacar, yang lebih dan jauh lebih baik daripada Oksigen. Aku akan buktikan itu.

Terimakasih sahabatku Nitrogen. Terimakasih Idolaku Gita Gutawa. Kalian sangaaat berarti bagiku. Kalian penyelamatku. Aku harap aku dapat selalu bersama kalian sampai kapanpun. Dan aku berharap aku bisa bertemu dan bisa membantu Gita Gutawa secara langsung.

Haloo duniaaa, aku Karbon sang Unsur yang sangat dibutuhkan! 

-The End-

Maaf yaa kalau tidak menarik, terimakasih :)
#KadoUntukGita
www.gitalovers.com